Rabu, 18 Desember 2013

Adab Memberi Pertolongan


ADAB MEMBERI PERTOLONGAN

1. Landasan Religius
            Agama memberikan ketentuan-ketentuan yang mendasar dalam hubungan manusia dengan Tuhannya, dengan sesama manusia juga dengan alam semesta. Ketentuan mendasar ini berpangkal dari hubungan manusia dengan Tuhannya, bahwa manusia sebagai ciptaan-Nya harus selalu mengikuti perintah-Nya, melakukan kewajiban dan menjauhkan diri dari larangan-Nya. Kewajiban utama manusia adalah beriman dan petuh hanya kepada Allah, sebab Dia lah sumber dari segala sumber, kekuatan dari segala kekuatan, dengan hanya beriman kepada Allah, maka manusia akan terhindar dari mencari suber dan kekuatan-kekuatan lain, yang seringkali menyesatkan.
            Manusia dikaruniai Allah kemampuan yang tinggi, perasaan yang kuat, hati yang dalam dan nafsu yang kuat. Dengan kemampuan berpikirnya yang tinggi, manusia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, mengembangkan sarana dan prasarana kehidupan. Dengan kemampuan sosialnya yang tinggi manusia menciptakan kehidupan masyarakat yang teratur, membina kesejahteraan dan kerukunan. Dengan perasaan yang begitu kuat manusia dapat menciptakan dan menikmati berbagai keindahan, sarana dan prasarana kehidupan, budaya dan seni, pakaian dan makanan serta keindahan manusia sendiri. Dengan hatinya manusia mampu menghayati, menguasai dan melaksanakan nilai-nilai moral, membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik.
            Manusia juga dikaruniai nafsu, dorongan, keinginan, kamauan. Nafsu ini dapat mengarah kepada hal-hal yang positif, dan juga kepada hal-hal yang negatif. Nafsu yang baik adalah yang sesuai dengan ketentuan Allah, yang selalu mendekatkan diri kepada-Nya, melaksanakan perintah-Nya. Nafsu yang mengarah kepada hal-hal negatif adalah yang hanya mengikuti keinginannya sendiri, egonya sendiri, yang seringkali menyimpang dari aturan dan ketentuan Allah.
            Mengapa nafsunya mengarah kepada hal-hal negatif, karena hati atau nuraninya lemah. Hati dan nurani sesungguhnya berisi nilai-nilai ilahi, nilai-nilai kebenaran, kebaikan yang bersumber dari Allah. Karena kekurangan, kelemahan bahkan mungkin juga sama sekali tidak mendapatkan dasar-dasar dan pembinaan keagamaan, maka nila-nilai tersebut menjadi lemah, berkurang, bahkan kosong sama sekali, tertimbun dan terkalahkan oleh nilai-nilai yang dibuat oleh manusia sendiri yang lebih banyak mengikuti hawa nafsunya.
            Hati nurani merupakan pengendalian hawa nafsu, tetapi apabila hati nuraninya lebih lemah, maka dia tidak akan mempu mengendalikannya, bahkan sebaliknya bisa terjadi hati nurani yang dikalahkan atau dikendalikan oleh hawa nafsu. Pendidikan, asuhan, tuntunan, latihan, pembiasaan, bimbingan keagamaan yang intensif, mempersubur hati nurani sehingga akan mampu melawan, menolak bahkan mengalahkan hawa nafsu yang negatif.
            Hubungan yang kuat, yang semakin dekat dengan Allah, akan semakin meningkatkan dan menyuburkan pengembangan nilai-nilai keagamaan pada seseorang. Penguasaan dan penghayatan nilai-nilai keagamaan yang kuat akan menjadi dasar bagi hubungan manusia dengan alam yang serasi, harmonis, penuh kedamaian. Manusia akan lebih mampu mengendalikan ego dan hawa nafsunya.
Dalam ajaran Tasawuf bahwa nafsu ini dibagi menjadi beberapa istilah dari nafs yang cenderung mendekati keburukan, sampai nafs yang sangat baik, mendekati kelembutan ilahi, adapun nafsu itu adalah sebagai berikut:
a.       Nafsu Ammarah Bissu’, yaitu nafsu yang cenderung mendekati kepada keburukan.
b.      Nafsu Lawwamah, yaitu nafsu yang telah mempunyai rasa insaf dan menyesalsesudah melakukan pelanggaran.
c.       Nafsu Musawwalah yaitu nafsu yag telah dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, tetapi ia lebih memilih yang buruk dan belum mampu memilih yang baik, bahkan mencampur adukkan antara yang baik dan buruk.
d.      Nafsu Mulhamah, yaitu nafsu yang memperoleh lham dari Allah SWT, dikaruniai ilmu pengetahuan.
e.       Nafsu Muthmainah, yaitu nafsu yang telah mendapat tuntunan dan pemeliharaan yang baik sehingga jiwa menjadi tenteram.
f.       Nafsu Radhiyah,yaitu nafsu yang mempunyai peranan yang penting dalam mewujudkan kesejahteraan.
g.      Nafsu Kamilah, yaitu nafsu yang telah sempurna bentuk dan dasarnya, sudah dianggap cukup untuk mengajarkan petunjuk dan penghambaan diri kepada Allah. Orang ini biasanya disebut mursyid.
            Manusia dikaruniai Allah dengan ditempatkan dibumi yang sangat indah, nyaman, subur dengan berbagai kekayaan alam. Apapun yang dibutuhkan manusia, tanah, air, udara, tanaman, binatang, mineral, barang tambang dll. Telah disediakan Allah. Apa yang telah disediakan Allah dapat dicari, digali, ditanam, diolah, diramu, dimodifikasi dan dikembangkan sehingga menjadi aneka benda, peralatan, kendaraan, makanan, minuman, dll. Yang lebih memberikan kemudahan, kesenangan, kenyamanan kepada manusia.
            Dengan semua yang disediakan dan diberikan Allah, manusia seringkali lupa kepada yang memberi-Nya. Manusia menjadi sangat sibuk dengan apa yang telah diberikan Allah, sibuk mencari kesenangan, sibuk mengikuti hawa nafsunya. Mereka merasa bahwa apa yang dicapai dan dimilikinya adalah kepunyaannya, hasil kepandaiannya, hasil jerih payahnya. Dalam mengejar kesenang dunia  ini, manusia seringkali hanya berpegang dan mengikuti egonya, tidak mengindahkan ketentuan, peringatan, perintah dari yang maha memberi. Mereka seringkali berbuat semena-mena, merusak dan menghancurkan apa yang telah disediakan Allah. Karen ulah manusia sendiri, manusia seringkali ditimpa oleh berbagai bencana alam, penyakit, kemiskinan, ketegangan, konflik sampai dengan peperangan.
            Bimbingan dan konseling sejalan dengan perintah agama bahwa dalam kehidupan dan hubungan dengan sesame manusia diharuskan selalu “mengajak kepada kebaikan dan mencegah kepada kejahatan”. Manusia cenderung mengikuti hawa nafsu dan melanggar ketentuan Allah. Karena itu perlu sering diingatkan untuk tidak melakukan kejahatan. Karena kecenderungan untuk banyak melakukan kejahatan, maka dinyatakan bahwa “manusia itu berada dalam kerugian, kecuali mereka yang selalu berpesan di dalam kebaikan”. salah satu tugas utama seorang konselor adalah menunjukkan arah dan jalan yang akan ditempuh klien.arah atau jalan yang ditunjukkan konselor sudah tentu arah dan jala yang baik. Sebaliknya konselor berusaha mencegah klien nya melakukan hal-hal yang merugikan diri dan lingkungannya, baik keluarga, masyarakat sekitar maupun masyarakat luas.
            Pemberian layanan bimbingan dan konseling harus berpegang pada nilai-nilai agama, sebab nilai-nilai agama bersifat mendasar, universal dan mutlak. Berbeda dengan nilai kemasyarakatan yang bersifat relatif, berubah dan berkembang sejalan dengan perubahan dan perkembangan masyarakat. Agama memberikan dasar-dasar dan pegangan bagi pengendalian hawa nafsu, yang merupakan sumber dari segala permasalahan yang dihadapi manusia. Agama juga memberikan dasar-dasar dan pegangan dalam membina hubungan antara manusia, bagaimana manusia saling membantu dan meringankan beban, dan saling mengingatkan dalam kebaikan.

2. Pengertian Menolong dan Saling Menolong
            Menolong adalah membantu meringankan beban atau penderitaan orang lain. Sedangkan Tolong-menolong adalah sikap saling membantu meringankan beban orang lain. Selain itu tolong-menolong termasuk persoalan-persoalan yang penting dilaksanakan oleh seluruh umat manusia secara bergantian dan menandakan bahwa manusia dilahirkan di dunia ini bukan untuk diri sendiri tapi untuk orang banyak. Oleh sebab itu dalam Al Qur-an Allah memerintahkan manusia agar saling mengenal, saling menolong, saling menjaga, ingat-mengingatkan, saling mencintai, saling menghormati, saling memuliakan dan sebagainya.
Tolong-menolong memang telah menjadi satu bagian yang tidak dapat di hilangkan dari ajaran Islam. Islam mewajibkan umatnya untuk saling menolong satu dengan yang lain. Segala bentuk perbedaan yang mewarnai kehidupan manusia merupakan salah satu isyarat kepada umat manusia agar saling membantu satu sama lain.
Jadi manusia di dunia diciptakan untuk saling menolong. Bukan seperti di ahirat dimana tiap manusia hanya bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri dan tidak bisa lagi saling menolong. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an :
(#qçRur$yès?ur n?tã ÎhŽÉ9ø9$# 3uqø)­G9$#ur ( Ÿwur (#qçRur$yès? n?tã ÉOøOM}$# Èbºurôãèø9$#ur 4
Artinya : “Dan tolong-menolong engkau semua atas kebaikan dan ketaqwaaan dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran (QS. Al-Maidah: 2)
Maka sungguh tepat apa yang dipaparkan oleh Al-Qur’an bahwa manusia tidak akan pernah rugi selama mereka masih mau menegakkan nilaii-nilai saling menolong. Saling menolong dalam persaudaraan dan kekukuhan harus menjadi sifat seorang mukmin dalam hidup bermasyarakat.

3. Adab memberi pertolongan
Sebagai makhluk sosial, tidak mungkin manusia dapat bertahan hidup sendirian tanpa bantuan pihak lain. Sehingga timbullah kesadaran untuk saling membantu dan menolong. Memberikan bantuan haruslah dengan hati yang ikhlas agar orang yang kita bantu merasa ringan dengan beban masalah yang dideritanya. Kebaikan yang telah diberikan orang lain hendaknya kita balas dengan kebaikan juga, jangan sampai keburukan yang kita balaskan. Dan harus berhati-hati akan kejahatan yang mungkin dilakukan oleh orang yang telah kita bantu.Jika dilihat dari kehidupan sehari-hari banyak manusia  yang jarang memberikan bantuan kepada orang lain begitupula sebaliknya . apalagi jika diantara dua orang saling bermusuhan, jangankan untuk meminta tolong memberi sapaan pun akan terasa sangat malu. Mungkin karena merasa gengsi dan merasa masih benci juga.
Jika kita menolong orang lain janganlah kita mengharapkan imbalan, sedekah atau upah. Kita harus benar-benar ikhlas dalam hati bahwa kita ikhlas menolong orang yang membutukan tersebut karena Allah bukan karena ingin pamer atau Riya. Kadang manusia ada juga yang memberikan bantuan kepada orang lain karena riya atau ingin dipuji oleh orang lain. Misalkan jika seseorang memberikan bantuan berupa uang tunai kepada orang yang membutukan tersebut, dia mengumpulkan orang tersebut serta menyombong-nyombongkan kekayaannya. Kita tidak boleh riya kepada siapapun karena Allah sangat membenci riya.
Tolong menolong itu sangat perlu sekali, terkadang ada juga yang menolong tetapi dia malah memfitnah orang yang menolong tersebut, menjelek-jelekkan orang tersebut kepada orang lain itulah yang dinamakan ”air susu dibalas dengan air tuba” yang artinya kebaikan dibalas dengan kejahatan, sudah ditolong tapi malah menjebak orang yang ditolong.
Tolong menolong merupakan kewajiban bagi setiap manusia, dengan tolong menolong kita akan dapat membantu orang lain dan jika kita perlu bantuan tentunya orang lain pun akan menolong kita. Dengan tolong menolong kita akan dapat membina hubungan baik dengan semua orang, dapat memupuk rasa kasih sayang antar tetangga, antar teman, antar rekan kerja.
Dengan menolong orang lain, sebenarnya kita menolong diri sendiri, itu yang kita yakini dalam agama kita, jadi janganlah sungkan menolong orang lain. Dengan menolong orang lain hidup kita akan terasa bermakna, jauh dari kehampaan hidup. Banyak orang yang sekarang ini merasa hampa, karena sudah dikuasai cara hidup individualistis. Menolong tidak harus dengan harta, bisa dengan tenaga, pikiran atau ide, bahkan dengan do’a sekalipun.
Adapun jika memberikan pertolongan itu dikaitkan dengan Bimbingan dan Konseling, khususnya dalam ruang lingkup Konselor dan Klien dimana konseling sebagai proses membantu individu agar berkembang, memiliki beberapa prinsip yang penting yaitu :
1)      Memberikan kabar gembira dan kegairahan hidup
Dalam hubungan konseling, konselor sebaiknya jangan dulu mengungkap berbagai kelemahan, kesalahan dan kesulitan klien. Akan tetapi berupaya membuat situasi konseling yang menggembirakan. Karena situasi seperti itu membuat klien senang, tertarik untuk melibatkan diri dalam pembicaraan, dan akhirnya akan menjadi terbuka untuk membeberkan isi hati dan rahasianya. Meggembiraka klien adalah sesuai dengan ajaran Islam seperti difirmankan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an :
!$tBur y7»oYù=yör& žwÎ) Zp©ù!$Ÿ2 Ĩ$¨Y=Ïj9 #ZŽÏ±o0 #\ƒÉtRur £`Å3»s9ur uŽsYò2r& Ĩ$¨Z9$# Ÿw šcqßJn=ôètƒ ÇËÑÈ
Dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) kecuali kepada umat manusia seluruhya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan”. (Q.S Saba:28)
            Dengan diciptakan suasana kegembiraan, maka besar kemungkinan hati klien terbuka untuk menerima peringatan-peringatan, dan mudah baginya untuk mengungkapkan kelemahannya. Akan tetapi, jika hubungan konseling dimulai dengan langsung memberi nasihat, peringatan, dan mengngkapkan kelemahan, maka klien akan tertutup. Jika hal ini terjadi, maka upaya menggali potensi dan kelemahan klien akan menjadi sulit.
2)      Melihat klien sebagai subjek dan hamba Allah
Klien bukanlah objek konseling, melainkan sebagai subjek yang berkembang. Dan dia adalah hamba Allah yang menjadi tugas amanat bagi seorang konselor. Dia bukan objek konselor untuk diperlakukan tanpa nilai moral-religius, akan tetapi menghargainya sebagai pribadi yang merdeka. Karena itu di dalam hubungan konseling, klien yang harus banyak berbicara mengenai dirinya dan bukan konselor. Sebab itu, upaya konselor adalah menggali potensi dan kelemahan serta kesulitan klien, kemudian klien akan mengngkapkan segalanya dengan jujur dan terbuka.
Biasanya pada konselor pemula dan yang masih kurang wawasan, menganggap bahwa berbicara banyak dalam hubungan konseling dianggapya benar, padahal amat keliru. Demikian pula kebiasaan memberi nasihat yang banyak dan tanpa diminta klien, adalah salah, sebab dengan banyak bicara dan nasihat, maka klien akan pasif, tidak mandiri, kurang kreatif untuk memikirkan mengenai dirinya, daya ekspolari diri rendah, dan bahkan banyak klien yang diam dan manggut-manggut saja. Nasihat agama dirasakan mudah membuat klien mengintropeksi diri, bila hal itu diminta dan tepat momennya.

3)      Menghargai klien tanpa syarat
Menghargai klien adalah syarat utama untuk terjadinya hubungan konseling yang gembira dan terbuka. Penghargaan ini dimaksudkan sebagai upaya konselor yang memberikan ucapan-ucapan, serta bahasa badan yang menghargai.
4)      Dialog Islami yang menyentuh
Dalam hubungan konseling yang akrab, konselor berupaya agar mengemukakan butir-butir dialognya yang menyentuh hati klien sehingga memunculkan rasa syukur, rasa cinta, bahkan perasaan berdosa. Klien mengungkapkan perasaan-perasaan tersebut dengan tulus, jujur dan terbuka. Keakraban dan keterlibatan klien adalah kata-kata kunci dalam hubungan konseling untuk membuat klien tersentuh perasaan keagamaan dan kemanusiaan.
Banyak konselor menggunakan pendekatan agama untuk membuat klien tersentuh hatinya. Karena itu selayaknya konselor mempelajari Ilmu Agama. Sebab manakala klien meminta informasi mengenai hal itu, dapat diberikan secara lengkap termasuk pengajaran agama seperti sholat (bacaannya), doa-doa, fikih dan sebagainnya.
5)      Keteladanan pribadi konselor
Keteladanan pribadi konselor dapat menyentuh perasaan klien untuk mengidentifikasi diri  konselor. Hal itu merupakan sugesti bagi klien untuk berubah ke arah positif. Motivasi untuk berubah disebabkan kepribadian, wawasan, dan keterampilan, serta amal kebajikan konselor terhadap klien. Konselor bersikap jujur, sholeh dan berpandangan luas, serta penuh perhatian terhadap klien. Seolah-olah kepribadian teladan adalah pesan Rabbani, yang memancar dalam perilaku konselor.
           
4. Hikmah Tolong-Menolong
Tolong-menolong merupakan salah satu ibadah dalam kehidupan muslim yang sangat dianjurkan oleh syariat Islam untuk memberi pertolongan secara ikhlas. Allah memberi ganjaran yang sama di akhirat sebagaimana disebutkan dalam hadis Rasulullah saw :
“Orang Islam adalah bersaudara, sesama Islam tidak boleh menzaliminya dan membebani dengan sesuatu yang memberatkannya, dan siapa yang menunaikan sesuatu hajat saudaranya, maka Allah akan menunaikan hajatnya, dan siapa yang melepaskan sesuatu bala orang Islam, Allah akan melepaskan segala bala kesusahannya di akhirat, dan siapa yang menutup suatu aib orang Islam, Allah akan menutup aibnya di hari kiamat.” (Riwayat Bukhari)
Berdasarkan hadits diatas diterangkan betapa besar ganjaran orang-orang yang suka memberi pertolongan kepada orang lain, sekiranya pertolongan itu adalah ikhlas karena Allah SWT. Tolong-menolong dapat mempererat tali silaturahmi antar sesama manusia dan menanamkan jiwa sosial yang tinggi dalam diri seseorang yang memberikan pertolongan. Di samping itu juga dalam melakukan pertolongan diperlukan adanya sifat ihsan, baik hati dan lemah lembut berserta dengan perasaan belas kasihan, karena ini akan membawa kepada sikap bertanggung jawab, tidak angkuh dan ini merupakan kriteria orang-orang yang berakhlak mulia, seperti yang digambarkan melalui sifat dan akhlak Rasulullah Saw.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar