ADAB MEMBERI
PERTOLONGAN
1. Landasan
Religius
Agama
memberikan ketentuan-ketentuan yang mendasar dalam hubungan manusia dengan Tuhannya,
dengan sesama manusia juga dengan alam semesta. Ketentuan mendasar ini
berpangkal dari hubungan manusia dengan Tuhannya, bahwa manusia sebagai
ciptaan-Nya harus selalu mengikuti perintah-Nya, melakukan kewajiban dan
menjauhkan diri dari larangan-Nya. Kewajiban utama manusia adalah beriman dan
petuh hanya kepada Allah, sebab Dia lah sumber dari segala sumber, kekuatan
dari segala kekuatan, dengan hanya beriman kepada Allah, maka manusia akan
terhindar dari mencari suber dan kekuatan-kekuatan lain, yang seringkali
menyesatkan.
Manusia dikaruniai
Allah kemampuan yang tinggi, perasaan yang kuat, hati yang dalam dan nafsu yang
kuat. Dengan kemampuan berpikirnya yang tinggi, manusia dapat mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi, mengembangkan sarana dan prasarana kehidupan.
Dengan kemampuan sosialnya yang tinggi manusia menciptakan kehidupan masyarakat
yang teratur, membina kesejahteraan dan kerukunan. Dengan perasaan yang begitu
kuat manusia dapat menciptakan dan menikmati berbagai keindahan, sarana dan
prasarana kehidupan, budaya dan seni, pakaian dan makanan serta keindahan
manusia sendiri. Dengan hatinya manusia mampu menghayati, menguasai dan
melaksanakan nilai-nilai moral, membedakan mana yang baik dan mana yang tidak
baik.
Manusia juga
dikaruniai nafsu, dorongan, keinginan, kamauan. Nafsu ini dapat mengarah kepada
hal-hal yang positif, dan juga kepada hal-hal yang negatif. Nafsu yang baik
adalah yang sesuai dengan ketentuan Allah, yang selalu mendekatkan diri
kepada-Nya, melaksanakan perintah-Nya. Nafsu yang mengarah kepada hal-hal
negatif adalah yang hanya mengikuti keinginannya sendiri, egonya sendiri, yang
seringkali menyimpang dari aturan dan ketentuan Allah.
Mengapa nafsunya
mengarah kepada hal-hal negatif, karena hati atau nuraninya lemah. Hati dan
nurani sesungguhnya berisi nilai-nilai ilahi, nilai-nilai kebenaran, kebaikan
yang bersumber dari Allah. Karena kekurangan, kelemahan bahkan mungkin juga
sama sekali tidak mendapatkan dasar-dasar dan pembinaan keagamaan, maka
nila-nilai tersebut menjadi lemah, berkurang, bahkan kosong sama sekali,
tertimbun dan terkalahkan oleh nilai-nilai yang dibuat oleh manusia sendiri
yang lebih banyak mengikuti hawa nafsunya.
Hati nurani
merupakan pengendalian hawa nafsu, tetapi apabila hati nuraninya lebih lemah,
maka dia tidak akan mempu mengendalikannya, bahkan sebaliknya bisa terjadi hati
nurani yang dikalahkan atau dikendalikan oleh hawa nafsu. Pendidikan, asuhan,
tuntunan, latihan, pembiasaan, bimbingan keagamaan yang intensif, mempersubur
hati nurani sehingga akan mampu melawan, menolak bahkan mengalahkan hawa nafsu
yang negatif.
Hubungan yang
kuat, yang semakin dekat dengan Allah, akan semakin meningkatkan dan
menyuburkan pengembangan nilai-nilai keagamaan pada seseorang. Penguasaan dan
penghayatan nilai-nilai keagamaan yang kuat akan menjadi dasar bagi hubungan
manusia dengan alam yang serasi, harmonis, penuh kedamaian. Manusia akan lebih
mampu mengendalikan ego dan hawa nafsunya.
Dalam ajaran Tasawuf bahwa nafsu ini dibagi menjadi beberapa
istilah dari nafs yang cenderung mendekati keburukan, sampai nafs yang sangat
baik, mendekati kelembutan ilahi, adapun nafsu itu adalah sebagai berikut:
a.
Nafsu
Ammarah Bissu’, yaitu nafsu yang cenderung mendekati kepada keburukan.
b.
Nafsu
Lawwamah, yaitu nafsu yang telah mempunyai rasa insaf dan menyesalsesudah
melakukan pelanggaran.
c.
Nafsu
Musawwalah yaitu nafsu yag telah dapat membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk, tetapi ia lebih memilih yang buruk dan belum mampu memilih yang baik,
bahkan mencampur adukkan antara yang baik dan buruk.
d.
Nafsu
Mulhamah, yaitu nafsu yang memperoleh lham dari Allah SWT, dikaruniai ilmu
pengetahuan.
e.
Nafsu
Muthmainah, yaitu nafsu yang telah mendapat tuntunan dan pemeliharaan yang baik
sehingga jiwa menjadi tenteram.
f.
Nafsu
Radhiyah,yaitu nafsu yang mempunyai peranan yang penting dalam mewujudkan
kesejahteraan.
g.
Nafsu
Kamilah, yaitu nafsu yang telah sempurna bentuk dan dasarnya, sudah dianggap
cukup untuk mengajarkan petunjuk dan penghambaan diri kepada Allah. Orang ini
biasanya disebut mursyid.
Manusia dikaruniai Allah dengan
ditempatkan dibumi yang sangat indah, nyaman, subur dengan berbagai kekayaan
alam. Apapun yang dibutuhkan manusia, tanah, air, udara, tanaman, binatang,
mineral, barang tambang dll. Telah disediakan Allah. Apa yang telah disediakan
Allah dapat dicari, digali, ditanam, diolah, diramu, dimodifikasi dan
dikembangkan sehingga menjadi aneka benda, peralatan, kendaraan, makanan,
minuman, dll. Yang lebih memberikan kemudahan, kesenangan, kenyamanan kepada
manusia.
Dengan semua yang disediakan dan
diberikan Allah, manusia seringkali lupa kepada yang memberi-Nya. Manusia
menjadi sangat sibuk dengan apa yang telah diberikan Allah, sibuk mencari
kesenangan, sibuk mengikuti hawa nafsunya. Mereka merasa bahwa apa yang dicapai
dan dimilikinya adalah kepunyaannya, hasil kepandaiannya, hasil jerih payahnya.
Dalam mengejar kesenang dunia ini,
manusia seringkali hanya berpegang dan mengikuti egonya, tidak mengindahkan
ketentuan, peringatan, perintah dari yang maha memberi. Mereka seringkali
berbuat semena-mena, merusak dan menghancurkan apa yang telah disediakan Allah.
Karen ulah manusia sendiri, manusia seringkali ditimpa oleh berbagai bencana
alam, penyakit, kemiskinan, ketegangan, konflik sampai dengan peperangan.
Bimbingan dan konseling sejalan
dengan perintah agama bahwa dalam kehidupan dan hubungan dengan sesame manusia
diharuskan selalu “mengajak kepada kebaikan dan mencegah kepada kejahatan”.
Manusia cenderung mengikuti hawa nafsu dan melanggar ketentuan Allah. Karena
itu perlu sering diingatkan untuk tidak melakukan kejahatan. Karena
kecenderungan untuk banyak melakukan kejahatan, maka dinyatakan bahwa “manusia
itu berada dalam kerugian, kecuali mereka yang selalu berpesan di dalam
kebaikan”. salah satu tugas utama seorang konselor adalah menunjukkan arah
dan jalan yang akan ditempuh klien.arah atau jalan yang ditunjukkan konselor
sudah tentu arah dan jala yang baik. Sebaliknya konselor berusaha mencegah
klien nya melakukan hal-hal yang merugikan diri dan lingkungannya, baik keluarga,
masyarakat sekitar maupun masyarakat luas.
Pemberian layanan bimbingan dan
konseling harus berpegang pada nilai-nilai agama, sebab nilai-nilai agama
bersifat mendasar, universal dan mutlak. Berbeda dengan nilai kemasyarakatan yang
bersifat relatif, berubah dan berkembang sejalan dengan perubahan dan
perkembangan masyarakat. Agama memberikan dasar-dasar dan pegangan bagi
pengendalian hawa nafsu, yang merupakan sumber dari segala permasalahan yang
dihadapi manusia. Agama juga memberikan dasar-dasar dan pegangan dalam membina
hubungan antara manusia, bagaimana manusia saling membantu dan meringankan
beban, dan saling mengingatkan dalam kebaikan.
2. Pengertian Menolong dan Saling Menolong
Menolong
adalah membantu meringankan beban atau penderitaan orang lain. Sedangkan Tolong-menolong
adalah sikap saling membantu meringankan beban orang lain. Selain itu
tolong-menolong termasuk persoalan-persoalan yang penting dilaksanakan oleh
seluruh umat manusia secara bergantian dan menandakan bahwa manusia dilahirkan
di dunia ini bukan untuk diri sendiri tapi untuk orang banyak. Oleh sebab itu
dalam Al Qur-an Allah memerintahkan manusia agar saling mengenal, saling
menolong, saling menjaga, ingat-mengingatkan, saling mencintai, saling
menghormati, saling memuliakan dan sebagainya.
Tolong-menolong
memang telah menjadi satu bagian yang tidak dapat di hilangkan dari ajaran
Islam. Islam mewajibkan umatnya untuk saling menolong satu dengan yang lain.
Segala bentuk perbedaan yang mewarnai kehidupan manusia merupakan salah satu
isyarat kepada umat manusia agar saling membantu satu sama lain.
Jadi manusia di
dunia diciptakan untuk saling menolong. Bukan seperti di ahirat dimana tiap
manusia hanya bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri dan tidak bisa lagi saling
menolong. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an :
(#qçRur$yès?ur n?tã ÎhÉ9ø9$# 3uqø)G9$#ur ( wur (#qçRur$yès? n?tã ÉOøOM}$# Èbºurôãèø9$#ur 4
Artinya : “Dan tolong-menolong engkau semua atas kebaikan
dan ketaqwaaan dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa
dan pelanggaran” (QS. Al-Maidah: 2)
Maka sungguh
tepat apa yang dipaparkan oleh Al-Qur’an bahwa manusia tidak akan pernah rugi
selama mereka masih mau menegakkan nilaii-nilai saling menolong. Saling
menolong dalam persaudaraan dan kekukuhan harus menjadi sifat seorang mukmin
dalam hidup bermasyarakat.
3. Adab memberi pertolongan
Sebagai makhluk sosial, tidak mungkin manusia dapat bertahan hidup
sendirian tanpa bantuan pihak lain. Sehingga timbullah kesadaran untuk saling
membantu dan menolong. Memberikan bantuan haruslah dengan hati yang ikhlas agar
orang yang kita bantu merasa ringan dengan beban masalah yang dideritanya.
Kebaikan yang telah diberikan orang lain hendaknya kita balas dengan kebaikan
juga, jangan sampai keburukan yang kita balaskan. Dan harus berhati-hati akan
kejahatan yang mungkin dilakukan oleh orang yang telah kita bantu.Jika dilihat
dari kehidupan sehari-hari banyak manusia yang jarang memberikan bantuan kepada orang
lain begitupula sebaliknya . apalagi jika diantara dua orang saling bermusuhan,
jangankan untuk meminta tolong memberi sapaan pun akan terasa sangat malu.
Mungkin karena merasa gengsi dan merasa masih benci juga.
Jika
kita menolong orang lain janganlah kita mengharapkan imbalan, sedekah atau
upah. Kita harus benar-benar ikhlas dalam hati bahwa kita ikhlas menolong orang
yang membutukan tersebut karena Allah bukan karena ingin pamer atau Riya.
Kadang manusia ada juga yang memberikan bantuan kepada orang lain karena riya
atau ingin dipuji oleh orang lain. Misalkan jika seseorang memberikan bantuan
berupa uang tunai kepada orang yang membutukan tersebut, dia mengumpulkan orang
tersebut serta menyombong-nyombongkan kekayaannya. Kita tidak boleh riya kepada
siapapun karena Allah sangat membenci riya.
Tolong menolong
itu sangat perlu sekali, terkadang ada juga yang menolong tetapi dia malah
memfitnah orang yang menolong tersebut, menjelek-jelekkan orang tersebut kepada
orang lain itulah yang dinamakan ”air susu dibalas dengan air tuba” yang
artinya kebaikan dibalas dengan kejahatan, sudah ditolong tapi malah menjebak
orang yang ditolong.
Tolong
menolong merupakan kewajiban bagi setiap manusia, dengan tolong menolong kita
akan dapat membantu orang lain dan jika kita perlu bantuan tentunya orang lain pun
akan menolong kita. Dengan tolong menolong kita akan dapat membina hubungan
baik dengan semua orang, dapat memupuk rasa kasih sayang antar tetangga, antar
teman, antar rekan kerja.
Dengan
menolong orang lain, sebenarnya kita menolong diri sendiri, itu yang kita
yakini dalam agama kita, jadi janganlah sungkan menolong orang lain. Dengan
menolong orang lain hidup kita akan terasa bermakna, jauh dari kehampaan hidup.
Banyak orang yang sekarang ini merasa hampa, karena sudah dikuasai cara hidup
individualistis. Menolong tidak harus dengan harta, bisa dengan tenaga, pikiran
atau ide, bahkan dengan do’a sekalipun.
Adapun
jika memberikan pertolongan itu dikaitkan dengan Bimbingan dan Konseling,
khususnya dalam ruang lingkup Konselor dan Klien dimana konseling sebagai
proses membantu individu agar berkembang, memiliki beberapa prinsip yang
penting yaitu :
1)
Memberikan kabar gembira dan kegairahan hidup
Dalam
hubungan konseling, konselor sebaiknya jangan dulu mengungkap berbagai
kelemahan, kesalahan dan kesulitan klien. Akan tetapi berupaya membuat situasi
konseling yang menggembirakan. Karena situasi seperti itu membuat klien senang,
tertarik untuk melibatkan diri dalam pembicaraan, dan akhirnya akan menjadi
terbuka untuk membeberkan isi hati dan rahasianya. Meggembiraka klien adalah
sesuai dengan ajaran Islam seperti difirmankan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an :
!$tBur y7»oYù=yör& wÎ) Zp©ù!$2 Ĩ$¨Y=Ïj9 #Zϱo0 #\ÉtRur £`Å3»s9ur usYò2r& Ĩ$¨Z9$# w cqßJn=ôèt ÇËÑÈ
“Dan kami tidak mengutus engkau
(Muhammad) kecuali kepada umat manusia seluruhya sebagai pembawa berita gembira
dan sebagai pemberi peringatan”. (Q.S Saba:28)
Dengan diciptakan suasana
kegembiraan, maka besar kemungkinan hati klien terbuka untuk menerima
peringatan-peringatan, dan mudah baginya untuk mengungkapkan kelemahannya. Akan
tetapi, jika hubungan konseling dimulai dengan langsung memberi nasihat,
peringatan, dan mengngkapkan kelemahan, maka klien akan tertutup. Jika hal ini
terjadi, maka upaya menggali potensi dan kelemahan klien akan menjadi sulit.
2)
Melihat klien sebagai subjek dan hamba Allah
Klien
bukanlah objek konseling, melainkan sebagai subjek yang berkembang. Dan dia
adalah hamba Allah yang menjadi tugas amanat bagi seorang konselor. Dia bukan
objek konselor untuk diperlakukan tanpa nilai moral-religius, akan tetapi
menghargainya sebagai pribadi yang merdeka. Karena itu di dalam hubungan
konseling, klien yang harus banyak berbicara mengenai dirinya dan bukan
konselor. Sebab itu, upaya konselor adalah menggali potensi dan kelemahan serta
kesulitan klien, kemudian klien akan mengngkapkan segalanya dengan jujur dan
terbuka.
Biasanya
pada konselor pemula dan yang masih kurang wawasan, menganggap bahwa berbicara
banyak dalam hubungan konseling dianggapya benar, padahal amat keliru. Demikian
pula kebiasaan memberi nasihat yang banyak dan tanpa diminta klien, adalah
salah, sebab dengan banyak bicara dan nasihat, maka klien akan pasif, tidak
mandiri, kurang kreatif untuk memikirkan mengenai dirinya, daya ekspolari diri
rendah, dan bahkan banyak klien yang diam dan manggut-manggut saja. Nasihat
agama dirasakan mudah membuat klien mengintropeksi diri, bila hal itu diminta
dan tepat momennya.
3)
Menghargai klien tanpa syarat
Menghargai
klien adalah syarat utama untuk terjadinya hubungan konseling yang gembira dan
terbuka. Penghargaan ini dimaksudkan sebagai upaya konselor yang memberikan
ucapan-ucapan, serta bahasa badan yang menghargai.
4)
Dialog Islami yang menyentuh
Dalam
hubungan konseling yang akrab, konselor berupaya agar mengemukakan butir-butir
dialognya yang menyentuh hati klien sehingga memunculkan rasa syukur, rasa
cinta, bahkan perasaan berdosa. Klien mengungkapkan perasaan-perasaan tersebut
dengan tulus, jujur dan terbuka. Keakraban dan keterlibatan klien adalah
kata-kata kunci dalam hubungan konseling untuk membuat klien tersentuh perasaan
keagamaan dan kemanusiaan.
Banyak
konselor menggunakan pendekatan agama untuk membuat klien tersentuh hatinya.
Karena itu selayaknya konselor mempelajari Ilmu Agama. Sebab manakala klien
meminta informasi mengenai hal itu, dapat diberikan secara lengkap termasuk
pengajaran agama seperti sholat (bacaannya), doa-doa, fikih dan sebagainnya.
5)
Keteladanan pribadi konselor
Keteladanan
pribadi konselor dapat menyentuh perasaan klien untuk mengidentifikasi
diri konselor. Hal itu merupakan sugesti
bagi klien untuk berubah ke arah positif. Motivasi untuk berubah disebabkan
kepribadian, wawasan, dan keterampilan, serta amal kebajikan konselor terhadap
klien. Konselor bersikap jujur, sholeh dan berpandangan luas, serta penuh
perhatian terhadap klien. Seolah-olah kepribadian teladan adalah pesan Rabbani,
yang memancar dalam perilaku konselor.
4. Hikmah Tolong-Menolong
Tolong-menolong merupakan salah satu ibadah dalam kehidupan muslim
yang sangat dianjurkan oleh syariat Islam untuk memberi pertolongan secara
ikhlas. Allah memberi ganjaran yang sama di akhirat sebagaimana disebutkan
dalam hadis Rasulullah saw :
“Orang Islam adalah bersaudara, sesama Islam tidak boleh
menzaliminya dan membebani dengan sesuatu yang memberatkannya, dan siapa yang
menunaikan sesuatu hajat saudaranya, maka Allah akan menunaikan hajatnya, dan
siapa yang melepaskan sesuatu bala orang Islam, Allah akan melepaskan segala
bala kesusahannya di akhirat, dan siapa yang menutup suatu aib orang Islam,
Allah akan menutup aibnya di hari kiamat.” (Riwayat Bukhari)
Berdasarkan hadits diatas
diterangkan betapa besar ganjaran orang-orang yang suka memberi pertolongan
kepada orang lain, sekiranya pertolongan itu adalah ikhlas karena Allah SWT. Tolong-menolong
dapat mempererat tali silaturahmi antar sesama manusia dan menanamkan jiwa
sosial yang tinggi dalam diri seseorang yang memberikan pertolongan. Di samping
itu juga dalam melakukan pertolongan diperlukan adanya sifat ihsan, baik hati
dan lemah lembut berserta dengan perasaan belas kasihan, karena ini akan
membawa kepada sikap bertanggung jawab, tidak angkuh dan ini merupakan kriteria
orang-orang yang berakhlak mulia, seperti yang digambarkan melalui sifat dan
akhlak Rasulullah Saw.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar