Rabu, 18 Desember 2013

Kontak Fisik dalam Pacaran


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Penegasan Judul
Dalam penelitian ini, peneliti memberi judul “Kontak Fisik dalam Pacaran”. Penelitian ini dilakukan di Pondok Anniza, Gang Satradinata No. 86, Cipadung, Bandung.
1.2 Latar Belakang
            Masa remaja adalah masa yang indah. Banyak hal yang terjadi pada masa transisi remaja dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Satu proses yang semua anak telah, sedang dan akan terjadi dalam sebuah proses tumbuh kembang remaja. Saat kanak-kanak mereka dengan leluasanya bermain dengan lawan jenis mereka. Namun, ketika masa remaja, mereka akan merasa malu, karena adanya perkembangan emosional. Perkembangan emosional itu berujung pada perasaan jatuh cinta. Perasaan itu yang membuat remaja menjalin proses pacaran. Proses pacaran ini pasti memberikan  memberikan dampak, baik dampak positif maupun negatif bagi remaja dalam menjalani kehidupannya. Namun, dampak yang nanti akan dirasakan bergantung dari sikap para remaja dalam menjalani proses tersebut.
            Dunia remaja memang unik, sejuta peristiwa terjadi dan sering diciptakan dengan ide-ide cemerlang dan positif. Akan tetapi, tidak sedikit juga hal-hal negatif yang terjadi. Salah satu hal menarik dan terjadi dalam dunia remaja adalah pacaran. Memang tidak dapat dipungkiri bila pacaran merupakan fenomena tersendiri dikalangan remaja.
Pacaran sangat akrab dengan kehidupan remaja. Pacaran menurut remaja adalah suatu ikatan perasaan cinta dan kasih antara dua individu yaitu laki-laki dan perempuan untuk menjalin suatu hubungan yang lebih dekat dan saling mengenal lebih jauh, untuk membina hubungan saling pengertian dan perhatian atau untuk mencari pasangan hidup yang dianggap cocok. Hubungan sebagai sesuatu yang terjadi bila dua orang saling mempengaruhi satu sama lain, bila yang satu bergantung pada yang lain.
Remaja yang memasuki perguruan tinggi atau perkuliahan mendapatkan banyak materi kognitif dan pengalaman yang lebih mendewasakan pola berfikir. Mereka dapat merencanakan masa depan yang lebih realistis. Masa remaja yang transisi mulai terlewatkan. Kondisi emosional dan kognitif yang matang membuat remaja dapat menganalisa hakikat dan mengevaluasi apa yang dilakukannya.
Dengan dilakukannya penelitian tentang  Kontak Fisik Dalam Pacaran”, diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada kita tentang bagaimana remaja menjalani proses pacaran dalam kehidupannya.
1.3 Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang  yang telah dipaparkan penulis diatas, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut :
1)      Apa itu Pacaran ?
2)      Apakah yang dimaksud dengan kontak fisik dalam pacaran ?
3)      Apa dampak positif dan dampak negatif yang dapat diperoleh dari pacaran?
4)       Bagaimana cara membentuk pola pacaran sehat sehingga tidak menyebabkan dampak negatif bagi remaja yang berpacaran?
1.4 Tujuan Penelitian
            Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat disimpulkan beberapa tujuan penelitian sebagai berikut :
1)      Untuk mengetahui pengertian pacaran dan dampak yang diperoleh dari pacaran
2)      Untuk mengetahui pengertian kontak fisik dalam pacaran
3)      Untuk mengetahui cara pacaran yang sehat sehingga tidak menyebabkan dampak negatif bagi remaja yang berpacaran
4)      Untuk memenuhi tugas akhir Mata Kuliah Psikologi Umum
1.5 Manfaat Penelitian
            Untuk mengetahui apa arti pacaran dan kontak fisik dalam pacaran serta dampak pacaran yang sebenarnya
1.6 Hipotesis Penelitian
            Dalam penelitian ini, peneliti berpendapat bahwa pacaran sudah menjadi budaya dikalangan remaja.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Pacaran
      Pacaran berasal dari katan dasar pacar yang berarti kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta-kasih. Sehingga pacaran adalah proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan.
      Pada kenyataannya, penerapan proses tersebut masih sangat jauh dari tujuan yang sebenarnya. Manusia yang belum cukup umur dan masih jauh dari kesiapan memenuhi persyaratan menuju pernikahan telah dengan nyata membiasakan tradisi yang semestinya tidak mereka lakukan.
2.1.2 Kontak fisik dalam pacaran
            Pacaran di kalangan anak muda, termasuk mahasiswa, biasanya dilakukan dalam konteks untuk mengenal diri. Dosen dan sosiolog dari Universitas Indonesia (UI) Devie Rachmawati, membedakan pacaran menjadi dua bagian, yaitu fisik dan non-fisik.
            Menurut Devie, pacaran non-fisik adalah pacaran yang tidak melibatkan hubungan fisik. Dalam taraf ini, dua sejoli yang berpacaran berusaha saling mengenal satu sama lain.
            Sementara itu, pacaran fisik yang melibatkan kontak dan hubungan fisik. Pada tahap ini, pacaran menjadi alat ekspresi atau rasa sayang yang mendalam. Kontak-kontak fisik seperti peluk cium hingga hubungan seksual pun menjadi contoh dari pacaran fisik ini.
            Meski ekspresi kasih sayang, setiap anak muda perlu menyadari pacaran yang sehat, Pacaran fisik atau melakukan hubungan seksual, rentan terhadap penyakit menular seksual. Jenis penyakit ini tidak pandang bulu, semua orang bisa terjangkit. Resiko lainnya adalah kehamilan di luar nikah.
            Ketika memutuskan berpacaran, anak muda harus siap dalam mengambil resiko, apalagi jika melibatkan hubungan fisik. Intinya, pacaran bisa kita manfaatkan untuk memilih calon pendamping di masa depan.
2.1.3 Dampak Positif dan Dampak Negatif Pacaran
            Pacaran sebenarnya merupakan waktu bagi sepasang individu untuk saling mengenal satu dengan yang lain. Pacaran pastinya memiliki efek terhadap kehidupan masing-masing, baik secara positif ataupun negatif tergantung bagaimana cara menjalaninya.
2.1.3.1 Dampak positif pacaran
1)      Lebih mengenal diri sendiri dan orang lain kerena anak memiliki kedekatan dengan orang lain secara tidak langsung. Ia juga akan lebih mengetahui apa yang dibutuhkan dan diinginkan khususnya terhadap orang lain. Efeknya mereka akan belajar untuk memahami diri sendiri dan orang lain melalui hubungannya dengan orang lain.
2)      Anak akan bertanggung jawab kepada diri sendiri dan orang lain. Ketika mulai berpacaran mereka harus mengambil tanggung jawab tidak hanya untuk diri sendiri melainkan juga orang lain. Meski disatu sisi, anak belum memahami dirinya dan dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan sepenuhnya, ia harus belajar bertanggung jawab terhadap orang lain, memahami apa yang orang lain butuhkan, dan belajar untuk tidak memikirkan diri sendiri.
3)      Ada teman curhat selain teman dan orang tua, Terkadang seorang remaja malu untuk menceritakan hal-hal pribadi kepada orang tuanya dan lebih nyaman menceritakannya kepada pacar. Hal ini bisa jadi karena hubungan orangtua kepada anaknya kurang begitu dekat sehingga anak tidak nyaman menceritakan masalah pribadinya kepada orangtuanya.
4)      Belajar bersosialisasi terhadap lawan jenis, maksudnya dengan mempunyai pacar maka seorang remaja akan bisa bersosialisasi dengan lawan jenisnya.
5)      Motivasi berprestasi, para remaja berpendapat bahwa dengan punya pacar maka prestasi mereka akan membaik karena ada yang memberikan motivasi-motivasi dan motivasi tersebut di nilai remaja begitu kuat karena di berikan oleh orang yang spesial baginya sehingga mendorong remaja untuk belajar dengan sungguh-sungguh agar tidak mengecewakan  pacar.
6)      Pembelajaran untuk dapat lebih dewasa dan konsekuen pada keputusan. Ketika berpacaran tentu banyak hal yang di toleransi karena perbedaan-perbedaan keduanya mulai dari gaya hidup,dan lain-lain sehingga menuntut mereka untuk saling mengerti dan menuntut mereka untuk berfikir lebih dewasa dalam menyikapi perbedaan-perbedaan tersebut.
7)      Untuk dapat memegang teguh suatu komitmen. Pacaran adalah ajang untuk memegang teguh suatu komitmen yang telah mereka sepakti sebelum atau selama berpacaran.

2.1.3.2 Dampak negatif pacaran
1)      Ketika terlibat terlalu dalam dapat mempengaruhi kehidupan dan kewajibannya sebagai anak, selain mendapatkan hal menyenangkan, tidak jarang pula banyak anak yang terlibat terlalu dalam dengan hubungan pacarannya sehingga mengganggu kehidupan dan kewajiban sebagai anak, termasuk kewajiban untuk sekolah. Selain itu banyak anak juga yang terlibat terlalu dalam secara emosional sehingga mengganggu perkembangan psikologisnya.
2)      Terlalu cepat matang sebelum usianya. Artinya, ketidakpahaman anak akan arti dan manfaat pacaran yang sebenarnya dapat membawa anak terjerumus atau mengalami hal-hal yang seharusnya belum dialami oleh anak-anak. Dengan pacaran anak akan dituntut untuk lebih cepat dewasa oleh pasang surut (suka-duka) hubungan dengan pasangan serta kontak fisik yang sudah melewati batas yang seharusnya.
3)      Adanya Free Sex, Hal yang lebih mengerikan lagi akibat dari pacaran yang tidak sehat adalah seks bebas (freesex). Mereka pertama melakukan hal yang terlarang itu tetapi kemudian mereka cenderung ketagihan.
4)      Melemahkan Iman, Orang yang pacaran cenderung meletakkan rasa cinta kepada kekasihnya di atas rasa cinta kepada Sang Pencipta. Tak perlu mengelak ataupun mengiyakan, sebab pernyataan ini bisa dibuktikan dengan kualitas ibadah seseorang. Jika kualitas ibadah seseorang menurun setelah mengalami jatuh cinta, itu artinya porsi kecintaannya kepada Allah berkurang.
5)      Melatih Kemunafikan, Orang yang berpacaran itu seringkali menipu, berusaha agar pasangannya yakin bahwa ialah yang terbaik. Memang tidak semua, tetapi umumnya begitu. Ia akan menampakkan hal-hal yang baik di depan kekasihnya. Adapun hal-hal yang buruk sebagian besar ia sembunyikan.
2.1.4 Pacaran sehat
      Pacaran sehat adalah suatu proses pacaran dimana keadaan fisik, mental dan sosialnya dalam keadaan baik. Sehat secara fisik berarti tak ada kekerasan dalam berpacaran. Pacaran sehat adalah pacaran yang memperhatikan batasan-batasan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan dalam berpacaran.Selama pacaran dilakukan dalam batas-batas yang benar, pacaran dapat mendatangkan banyak hal positif. Dengan kata lain yang perlu dan harus kita jalani adalah ”Pacaran Sehat”.
            Di dalam proses pacaran kita tidak hanya dituntut untuk mengenali emosi diri sendiri, tetapi juga emosi orang lain. Dan yang tak kalah penting adalah bagaimana mengungkapkan dan mengendalikan emosi dengan baik.
            Salah satu cara yang mungkin bisa dilakukan, terutama oleh remaja adalah dengan melakukan pacaran yang ”sehat”. Pacaran yang memenuhi kriteria ”sehat”,diantaranya :
a)      Sehat fisik. Pacaran dikatakan sehat secara fisik jika dalam aktivitas berpacaran tersebut tidak ditemui adanya kekerasan secara fisik Itu berarti bahwa walaupun remaja putra secara fisik memang lebih kuat dari remaja putri, bukan berarti remaja putra dapat seenaknya menindas ataupun memanipulasi remaja putri secara fisik.
b)      Sehat psikis. Pacaran dikatakan sehat secara psikis, jika sepasang individu yang menjalaninya mampu saling berempati serta mengungkapkan dan mengendalikan emosinya dengan baik, saling percaya, saling menghargai, dan saling menghormati. Dengan demikian, hubungan di antara keduanya menjadi lebih nyaman, saling pengertian, dan juga ada keterbukaan.
c)      Sehat sosial. Pacaran dikatakan sehat secara sosial jika aktivitas berpacaran tersebut tidak bersifat saling mengikat atau mengisolasi pasangan. Artinya, walaupun remaja putra dan putri terikat dalam komitmen pacaran, namun hubungan sosial masing-masing mereka dengan individu lain tetap harus dijaga dan sebaiknya remaja putra atau putri tidak hanya terfokus pada pacar atau pasangannya saja.
d)     Sehat seksual. Secara biologis, remaja mengalami perkembangan dan kematangan seks. Tanpa disadari, pacaran juga mempengaruhi kehidupan seksual seseorang. Kedekatan secara fisik dapat mendorong keinginan untuk melakukan kontak fisik yang lebih jauh. Jika hal itu diteruskan dan tidak terkontrol, maka dapat menimbulkan hal-hal yang sangat beresiko. Karena adanya resiko yang harus ditanggung akibat tindak seksual yang mereka lakukan, maka aktivitas percaran yang mereka lakukan tidak lagi disebut sebagai pacaran yang ”sehat”.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
            Pada penelitian ini saya menggunakan pendekatan kualitatif. Yaitu pendekatan yang berusaha menangkap kenyataan sosial secara keseluruhan, utuh, dan tuntas sebagai suatu kesatuan kenyataan. Menurut pendekatan ini, objek penelitian dilihat sebagai kenyataan hidup yang dinamis. Sehingga dengan penelitian ini data yang diperoleh tidak berupa angka-angka, tetapi lebih banyak deskripsi, ungkapan, atau makna-makna tertentu yang ingin disampaikan.
3.2 Lokasi Penelitian dan Lokasi Penelitian
            Peneliti mengambil lokasi yaitu di Pondok Anniza, Gang Sastradinata No. 86, Cipadung, Bandung.
            Populasi untuk penelitian ini adalah beberapa penghuni Pondok Anniza. Maka akan diambil 10 dari 32 penghuni Pondok Anniza yang akan mewakili dari semua penghuni Pondok Anniza.
3.3 Populasi dan Sample
            Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang menjadi sumber data bagi sipeneliti. Sedangkan Sampel adalah bagian populasi yang dipilih untuk penelitian yang karakteristiknya dianggap mewakili seluruh populasi.
            Subjek dalam penelitian ini adalah sebagian penghuni Pondok Anniza. Dari sini saya akan menganalisisnya sehingga menghasilkan hasil yang lebih akurat dalam mengkaji tentang kontak fisik dalam pacaran.
3.4 Metode pengumpulan data
            Metode pengumpulan data yang saya gunakan adalah Metode Teknik Angket. Dimana saya menggunakan Metode Angket Semi terbuka. Dalam jenis angket ini, responden memberikan jawaban pertanyaan yang telah disediakan, akan tetapi responden dapat membuat jawaban sendiri apabila alternatif jawaban yang yang ada dianggap tidak ada yang cocok.
3.5 Instrumen Penelitian
            Panduan pertanyaan (terlampir)
3.6 Analisis data
            Analisis yang saya pakai dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif (penggambaran), karena data yang saya kumpulkan untuk mengkaji data bersifat kualitatif. Dimana hasil tersebut didapat dari jawaban responden. Jawaban-jawaban tersebut diorganisir dengan cara mengidentifikasikan dan mengkategorisasikan sesuai dengan tujuan-tujuan penelitian.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
            Menurut hasil data yang diperoleh, maka dapat diambil kesimpulan bahwa, Menurut teori islam, bahwa jangankan kontak fisik dalam hubungan pacaran, hubungan pacaran pun itu ada yang membolehkan dan ada yang tidak. Tapi sesuai norma, ada yang mengharamkan dengan jelas bahwa pacaran apalagi kontak fisik yang belum muhrim itu dilarang.
            Dari hasil angket yang disebar ke 10 orang di Pondok Anniza yang mayoritas beragama islam diperoleh data bahwa 80% menyatakan bahwa pacaran itu perlu sedangkan 20% menyatakan bahwa pacar itu tidak begitu perlu (biasa saja). Selanjutnya, hasil angket yang telah peneliti sebarkan, dapat disimpulakan bahwa mayoritas responden mulai berpacaran sejak SMP, selain itu juga dapat disimpulkan bahwa 70% dari responden belum bisa membagi waktu antara belajar dan pacaran, hal itu disebabkan karena tidak sedikit dari mereka ketika sedang belajar sering sambil sms’an ataupun telephonan sehingga membuat belajar mereka tidak fokus. Akan tetapi, 30% dari responden ternyata sudah bisa membagi waktu antar pacaran dan belajar karena mereka sudah bisa memikirkan dan merencanakan untuk membagi waktu dalam pacaran bahkan ada yang sudah berkomitmen bahwa pacaran jangan sampai mengganggu aktifitas belajar mereka.
            Selain itu, 60 %  responden sudah pernah pacaran bahkan pada saat ini sedang berpacaran dan untuk hasil kontak fisik (berpegangan tangan, dll) dari responden diperoleh data, sering (0 %) , jarang (80 %) dan tidak pernah (20 %). Menurut hasil data yang diperoleh, mayoritas dari responden melakukan kontak fisik dalam pacaran, dan kontak fisik tersebut tidak jarang mereka lakukan di tempat umum (berpegangan di tempat umum pada saat menyebrang dll). Kebanyakan responden menyatakan bahwa kontak fisik itu bisa dikatakan dosa dan pada saat melakukan kontak fisik mereka merasa takut, sedangkan ketika ditanya perasaan mereka setelah melakukan kontak fisik hampir semua responden menyatakan menyesal dan tidak ingin mengulanginya lagi bahkan ada yang menyatakan bahwa mereka ingin bertaubat. Hal ini jelas bertentangan dengan norma islam yang mana tidak menganjurkan hal ini.
            Akan tetapi, semua itu tergantung dari tujuan pacaran tersebut, pertama orang yang berpacaran itu ada yang berniat ingin lebih mengenal pasangannya. Kedua, karena niatnya mengumbar hawa nafsu. Ketiga, karena ketagihan atau kecanduan. Hal ini biasanya disebabkan setelah kita putus dari pacar kita, otomatis kita pasti akan merasa kecewa, sakit hati dan sebagainya. Dan kebanyakan cara untuk menghilangkan konflik bathin tersebut, orang itu mencari pacar yang baru, namun sebenarnya hal itu hanyalah pemindahan objek. Jadi kita akan sering melihat banyak remaja yang galau kalau sendirian (single). Padahal agar hubungan dapat berjalan dengan lancar, rasa cinta yang kita berikan harus terjamin. Seharusnya jika terjadi seperti itu, kita istirahat sebentar, dan berikan diri kita untuk sendiri agar energi emosional tidak terbuang percuma, jika untuk mengenal pasangan kita, maka kontak fisik itu “Tidak Penting”, karena bukankah yang kita kenal itu akhlaknya ? Jika ingin melampiaskan hawa nafsu dengan berbagai tindakan fisik, sebenarnya itu kembali kepada diri masing-masing. Jika ingin melakukannya silahkan saja tetapi tanggung resikonya.
            Pacaran sebenarnya merupakan waktu bagi sepasang individu untuk saling mengenal satu dengan yang lain. Pacaran pastinya memiliki efek terhadap kehidupan masing-masing, baik secara positif ataupun negatif tergantung bagaimana cara menjalaninya.




BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
            Dalam ajaran Islam sesungguhnya istilah pacaran itu tidak ada, yang ada hanyalah istilah ta’aruf yaitu perkenalan antara calon istri dan calon suami. Tetapi mungkin disebabkan oleh semakin berkembangnya teknologi sehingga pergaulan semakin luas dan berkembang sehingga banyak orang yang setuju dengan pacaran. Hal ini juga mungkin disebabkan karena Indonesia bukan negara Islam, sehingga peraturan / hukum-hukum islam di Indonesia tidak begitu kuat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari tidak seperti di negara Islam lainnya seperti Arab Saudi. Serta tuntutan dan perkembangan zaman yang membuat sistem /cara didik dan pergaulan pada zaman “Siti Nurbaya” tidak bisa diterapkan lagi dalam kehidupan zaman sekarang.
            Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan cara membagikan angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang masalah penelitian kepada 10 responden, dapat disimpulkan bahwa :
1.      80% menyatakan bahwa pacaran itu perlu, dan 20% biasa saja.
2.      60% menyatakan pernah mempunyai pacar atau berpacaran.
3.      60% Sebagian besar responden menyatakan sedang berpacaran saat ini (periode 2013).
4.      70%sudah  bisa membagi waktu antara belajar dan pacaran, sedangkan 30% belum bisa.
5.      80% jarang melakukan kontak fisik (berpegangan tangan dll) , dan 20%  tidak pernah dan 0% sering melakukannya.
6.      Mayoritas responden mulai berpacaran sejak SMP.
5.2 Saran
            Dari hasil penelitian yang telah dilakukan kepada 10 responden, penulis menyadari bahwa ada perbedaan prinsip hidup, penulis sangat menghargai kepada responden yang menyatakan tidak setuju pacaran dan yang menyatakan setuju hingga pacaran. Maka dengan ini, penulis ingin memberikan saran-saran kepada pembaca yang mungkin bisa bermanfaat, diantaranya:
1.      Bagi responden yang menyatakan tidak setuju pacaran, dapat melakukan ta’aruf kepada calon suami atau istri.
2.      Bagi responden yang menyatakan setuju hingga pacaran diharapkan agar bisa menjaga kelancaran kuliahnya, jadikan pacaran sebagai motivasi atau penyemangat untuk berprestasi dalam bidang pendidikan.
3.      Jadikan agama dan keimanan sebagai alat untuk membatasi atau mengontrol diri dalam berpacaran agar tidak terjerumus dalam pergaulan bebas atau seks bebas.
4.      Bagi mempunyai pacar diharapkan untuk bisa menjaga diri, kehormatan kesucian dan nama baik dirinya sendiri, keluarga, agama, almamater dan daerah asalnya serta bangsanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar